Sore kemarin, ada kejadian yang cukup menggemparkan di kantor. Kejadian yang menyangkut dua orang dekat di kantor. Saya nggak mau menjelaskan terperinci mengenai kejadian tersebut. Namun, kejadian tersebut cukup membuat sejumlah karyawati di kantor ‘patah hati’.
Menurut pandangan beberapa orang, kejadian ini memang dianggap
tabu dan tidak rasional. Tapi, banyak banget wanita yang mau menjalankannya. Seperti
halnya banyak orang (dan wanita) yang tidak setuju akan hal ini, termasuk saya,
semakin hal itu terjadi di kalangan terdekat, saya mencoba memahami. Memahami di
sini bukan berarti sepaham dan setuju, tapi lebih mencoba untuk menghormati
keputusan yang bersangkutan.
I’m not better than anyone, (maybe) I'm not better than her. Merasa nggak
pantas menghakimi, walau di kepala rasanya masih nggak percaya hal ini terjadi.
Percayalah, otak saya masih memprosesnya bahkan hingga kerap kali bergidik
sendiri. Kenapa bisa begini, kenapa bisa begitu, khan dia begini, khan dia begitu, terus saja sampai pusing. Kesempatan untuk terus menghakiminya,
tentu saja ada. Terlebih, saya berada di dalam lingkungan berisi orang-orang yang sama-sama nggak
habis pikir dengan kegemparan yang terjadi. Ponsel pun tak henti-henti memberi
notifikasi hingga menjelang tengah malam. Meributkan dan membicarakan hal yang
sama.
Temanku sayang, maaf ya. Mungkin, saya merasa seperti ‘ia’
sudah menodai pertemanan kita. Mungkin masih banyak pertanyaan di kepala saya. Walau begitu, saya mencoba mengerti kalian, ya. Semua
butuh proses dan saya percaya sekali kalian sudah (bahkan mungkin masih) melewati proses itu. Saya
menghormati dan sangat menghargai keputusan kalian. Apapun itu, semoga segala
urusan kalian dilancarkan dan diberkahi Yang Kuasa. Mohon beri kami waktu untuk menelaah ini semua. Saya pun merasa tak jauh lebih baik kalau
sampai harus menghakimi kalian. Congratulation and wish you guys have a better
life. Aamin.
No comments:
Post a Comment