Friday, October 30, 2020

#30DaysWritingChallenge | DAY 30

"What you feel when you write"

Saya ingat-ingat, saya memulai menulis di blog sekitar tahun 2010. Waktu itu, senior saya di kantor lama, seperti menantang saya. Dia seperti mempertanyakan skill saya, yang pada saat itu mungkin hanya kuliah sambil bekerja. Akhirnya, saya membuat blog dan mulai menulis di blog ini. 

Tahun-tahun pertama menjadi blogger, saya baru menyandang status sebagai Ibu. Saat itu, segala pencarian yang berkaitan dengan bayi, saya mencarinya di blog. Media sosial belum setenar sekarang. Marketplace pun belum terlalu banyak. Saya merasa tertantang untuk menulis segala hal tentang Birru. Sifatnya sharing, sih. Saya menulis tentang kisah kelahiran, mom-shaming, per-ASI-an, post partum depression, dan sebagainya. Sampai Birru balita pun saya masih sharing tentang dokter gigi anak dan dokter anak favorit. 

Semakin ke sini, saya seperti butuh 'tempat' lain untuk berkeluh kesah. Akhirnya, pilihan jatuh ke media sosial, khususnya Instagram. Blog mulai teralihkan, karena saya kebanyakan menulis di feed Instagram. Lalu, Instagram memiliki fitur story. Makin-makin lah saya menulis (hampir) segala hal di sana. Dari segala urusan tentang anak, saya jadi hobi menulis tentang hal-hal berbau akomodasi dan wisata--yang tentunya ramah anak. 

Tapi, saya tetap butuh ruang menulis sendiri, yang pada akhirnya disimpan sendiri di USB dalam bentuk file word. Saya menulis naskah novel (belum selesai), naskah buku umum tentang destinasi wisata (juga belum selesai), kumpulan surat untuk mendiang kedua orang tua, dan tulisan lainnya. Hingga pada suatu hari, ada yang mengenalkan saya dengan aplikasi Wattpad. Akhirnya, saya mengalihkan beberapa tulisan saya di Wattpad. Apa lantas membuat saya tenang? Ya, tentu belum. Di Wattpad, saya memutuskan menggunakan nama pena. Ternyata, saya merasa nyaman sekali. 

Saat menulis, biasanya saya mengikuti suara bising di otak. Kalau kayak harus banget menulis, tapi gak ada kertas atau alat tulis di dekat saya, saya menulisnya di aplikasi Notes di ponsel. Bentuknya bisa apa saja, namun seringnya berbentuk prosa. Saat saya marah, butuh memaki, butuh menangis tapi lelah, atau merasa terlalu bahagia, saya akan menulisnya. Lalu, apa lantas lega? Sedikit banyak, iya. Terlebih, kalau pasangan saya memuji atau memberi masukan tentang tulisan yang saya buat. Tapi, bukan berarti saya menulis  untuk minta pujian, ya. Intinya, saya menulis untuk diri sendiri--untuk saya nikmati sendiri di kemudian hari. Kalau lantas dipuji, ya itu bonus aja. 

Akhirnya, tantangan selesai juga. Bakal kehilangan kebiasaan menulis setiap malam, sih. Alhamdulillah juga masih bisa konsisten menulis. Kalau ada tantangan menulis yang menarik, ajak-ajak, ya! Terima kasih, semuanya. Terima kasih sudah mengikuti tantangan #30DWC from day one. See ya!

Anda sedang membaca artikel tentang #30DaysWritingChallenge | DAY 30 dan anda bisa menemukan artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 30 ini dengan url https://pritasyalala.blogspot.com/2020/10/30dayswritingchallenge-day-30.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 30 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link #30DaysWritingChallenge | DAY 30 sumbernya.

No comments:

Post a Comment