Wednesday, October 21, 2020

#30DaysWritingChallenge | DAY 21

"Write about Love"

Walau nggak ahli di dunia percintaan, saya punya 10 mantan pacar hahaha. Malu-maluin, sih, kebanyakan ceritanya. Tapi, dalam postingan kali ini, saya nggak mau ceritain percintaan saya saat ini, ya.

Kisah cinta pertama saya sudah pernah saya kisahkan di postingan DAY 19. Kisah cinta berikutnya masih di SMP, saat dekat dengan teman les bimbel. Walau nggak lama putus, kami akhirnya satu SMA dan malah berteman baik. Lalu, saya dekat dengan kakak kelas bernama R di SMA. Hubungan saya dengan R dibilang nggak mulus. Sayanya suka banget, dianya biasa aja. Nggak lama jadian, tahunya dia sudah punya dua cewek *tepok jidat*. Walau begitu, saya tetap mau sama dia. Berkali-kali putus nyambung, sih. Dan benar-benar berakhir di tahun ketiga usia hubungan kami.

Di sela-sela putus nyambung yang nggak terhitung itu, saya sempat cari ‘pelarian’. Saya dekat dengan teman seangkatan, bernama RN. RN baik banget. Walau bad boy dan tahu kalau saya nggak bisa move on, dia sayang banget sama saya. Malah saya biasa aja, sih sebenarnya. Namanya juga pelarian. Nggak lama, saya minta putus karena gak tega—dia terlalu baik. Saya lalu dekat dengan seorang kakak kelas bernama A, tapi ini juga nggak berjalan lama karena ternyata saya cuma jadi bahan taruhan. Ujung-ujungnya, ya balik-balik terus sama si R sampai saya lulus SMA di tahun 2005.

Saat awal kuliah, saya sempat dekat lagi dengan RN. Kali ini murni bukan karena pelarian, sih. Saya dekat hingga satu tahun lamanya dan putus karena masing-masing menjauh. Sempat jadian dengan beberapa orang, dari teman kuliahnya teman, temannya mantan, sampai senior Paskibra yang usianya jauh di atas saya. Lagi-lagi, semua berakhir dengan bubar jalan. Mungkin saat itu saya terlalu banyak menuntut. Menuntut diri saya untuk selalu punya pacar dan menuntut waktu si pacar untuk selalu punya waktu untuk saya—yang sebenarnya tidak baik. Ya, apa, sih yang ada di pikiran saya yang waktu itu belum genap berusia 20 tahun.

Setelah kisah cinta dengan si senior berakhir, saya seperti mengambil jalan putar balik. I put myself first. Kelihatannya egois, sih. Tapi, saya merasa kayak udah lama banget nggak menomorsatukan diri saya. Semacam buang-buang waktu dengan cowok-cowok itu, hanya karena tuntutan sosial—di mana semua teman sepermainan saya punya pacar. I finally got what I want. Teman baru, internship di stasiun TV, dan dipercaya memimpin beberapa project di kampus oleh organisasi yang saya ikuti.

Lalu, apa saya menyesal dengan kisah percintaan saya? Ya, nggak juga, sih. Kalau nggak melewati itu semua, mungkin nggak akan sadar-sadar tentang apa sih yang terbaik buat diri saya. Di mata saya sekarang, cinta itu bentuknya universal. Saya cinta sekali dengan Birru, saya cinta dengan orang yang saya kagumi, saya cinta dengan pekerjaan saya, saya cinta dengan beberapa benda yang saya punya, saya cinta dengan pencapaian yang saya raih, dan sebagainya. Cinta bisa diraih, cinta bisa dicari, cinta bisa dirawat, cinta bisa datang kapan saja—di waktu dan tempat yang nggak kita duga, dan cinta bisa juga hilang—been there before. Cinta juga bisa dialami, didalami, dilalui, dan bahkan dilewati.

Itu saja, sih, yang saya mau tulis tentang cinta. Agak menggantung, tapi saya juga nggak mau menulis yang berlebihan tentang ini. Semoga yang baca terhibur, ya. See ya 😊

Anda sedang membaca artikel tentang #30DaysWritingChallenge | DAY 21 dan anda bisa menemukan artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 21 ini dengan url https://pritasyalala.blogspot.com/2020/10/30dayswritingchallenge-day-21.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 21 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link #30DaysWritingChallenge | DAY 21 sumbernya.

No comments:

Post a Comment