Tuesday, October 27, 2020

#30DaysWritingChallenge | DAY 27

"Someone who inspires me"

Mungkin bukan seseorang, tapi beberapa orang. Pertama, adalah bapak saya. Laki-laki pertama yang saya cintai di dunia ini ya Bapak saya. Dari dia, saya belajar berbagai bentuk sabar dan maaf. Dia orang pertama yang memberi contoh kepada saya bahwa semua manusia itu sama. Jangan lihat manusia dari gendernya, agamanya, suku atau adatnya, dan juga miskin atau kayanya. Dari Bapak, saya belajar punya banyak teman. Hal ini terbukti saat Bapak meninggal. Banyak kolega dan mahasiswanya, yang bahkan saya tidak kenal, sampai ikut bermalam di rumah hingga Bapak dikebumikan esok hari. Bapak juga orang yang paling tidak pelit ilmu. Selain sebagai dosen, dia juga masih mau ikut andil dalam pendidikan anak-anaknya. Bapak juga mengajarkan saya bahwa belajar itu sampai kapan pun. Sampai menjelang sakit, Bapak tidak henti membaca dan bahkan dimintai banyak pendapat oleh para mahasiswa dan koleganya. Bapak juga pantang menyerah. Saya baru benar-benar melihat dia kepayahan saat menjelang wafat. Sebelumnya, beliau adalah manusia yang pantang telat beribadah dan pantang berhenti untuk belajar. Al Fatihah.

Kedua, adalah ibu saya. Di beberapa postingan saya, saya pernah bercerita bahwa saya benar-benar baru dekat dengan Ibu, saat ia divonis kanker di 2017. Kami jadi punya banyak waktu luang, untuk berbicara tentang hidup, mengobrol tentang anak, tentang rumah tangga, dan bahkan obrolan basa-basi lainnya. Dari sakitnya, saya melihat kegigihannya. Pantang menyerah Ibu dalam melawan sakitnya sungguh tiada bandingannya. Setelah melahirkan, saya sempat merasa sedikit 'jumawa' karena satu posisi dengan ibu--sama-sama seorang ibu. Ternyata sampai beliau berpulang pun, saya tak ada seujung kukunya pun. Dari peristiwa meninggalnya Bapak, saya melihat kesabarannya. Kesabaran menghadapi kemoterapi tanpa Bapak di sisinya dan juga kesibukan anak-anak yang takut ia rusak. Di satu sisi, Ibu ingin anak-anaknya sukses. Tapi, di sisi lain, saya tahu, Ibu ingin menghabiskan sisa waktunya bersama kami. Dalam sakitnya pun, ia masih memikirkan Birru. Beliau seperti ingin menyusun memori agar selalu diingat Birru. Dari wafatnya Bapak yang sungguh serba tiba-tiba, Ibu berupaya menyiapkan risiko terburuk yang terjadi pada dirinya, dan menyiapkan kami sebagai anaknya. Keuletan dan kegigihan Ibu saya, akan selalu terkenang dan terpatri sampai selamanya. Al-Fatihah.

Ketiga, Birru. Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, saya justru banyak belajar bagaimana menjadi pemaaf dan penyabar dari anak ini. Anak 7 tahun yang saya banggakan. Sesosok yang nggak bikin saya berhenti belajar dan belajar. Dari Birru, saya juga belajar melihat segala hal dengan sederhana. Melalui matanya, saya melihat kesederhanaan itu. Ada dia, saya bahagia.

Terakhir, dia yang tersayang. Darinya saya belajar banyak hal. Darinya, saya belajar untuk melihat ketidaksempurnaan menjadi suatu hal yang tidak jadi masalah. Darinya, saya belajar untuk tidak menuntut. Darinya, saya belajar untuk tidak berhenti bermimpi. Darinya juga, saya belajar untuk mempelajari banyak hal dan gali potensi di dalam diri. Berada di dekatnya, saya bahagia dan selalu merasa percaya diri. Dia juga tak henti mendorong saya untuk tetap bekerja dan gigih meraih mimpi. Dari ia pula, saya belajar menjadi seorang yang kreatif. Karenanya, saya belajar untuk tak mudah putus asa dan bodo amat dalam menghadapi orang/hal yang nggak penting di dalam hidup kita. Terima kasih 😊

Tak terasa, 3 hari lagi tantangan berakhir. Semangat, Prita! 

Sampai ketemu besok, ya!

Anda sedang membaca artikel tentang #30DaysWritingChallenge | DAY 27 dan anda bisa menemukan artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 27 ini dengan url https://pritasyalala.blogspot.com/2020/10/30dayswritingchallenge-day-27.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 27 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link #30DaysWritingChallenge | DAY 27 sumbernya.

No comments:

Post a Comment