Monday, October 5, 2020

#30DaysWritingChallenge | DAY 5

 "My Parents"

Wah, agak berat ya topik ini...

For those who knows me, sejak tahun 2019 saya menyandang gelar baru sebagai yatim piatu. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya jika dalam waktu setahun, saya harus kehilangan kedua orang tua saya. Kali ini, saya mungkin akan bercerita dari sisi personal mereka saja, ya.

Bapak dan Ibu saya lahir di Solo. Keduanya asli Solo. Kampung keduanya mungkin hanya sejauh Depok dan Lenteng Agung. Saya tidak tahu menahu latar belakang bagaimana mereka akhirnya menikah. Tapi, sejauh yang saya tahu, Bapak adalah sosok kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab.

Bapak dan Ibu menikah di tahun 1979. Bapak menikah di usia 45, sementara Ibu menikah di usia 28. Memang Bapak baru sempat menikah dan memikirkan dirinya sendiri di usia lanjut. Bapak mempunyai prinsip "family comes first", baru dirinya. Selepas menikah, Bapak memboyong ibu ke Depok. Kata Bapak, di tahun 1979 Depok seperti hutan tempat jin buang anak. Terbayang nggak? Kalau sulit membayangkannya, bayangkan saja hutan UI yang terbentang seluas kota Depok. Nah, seperti itu lah kira-kira. 

Bapak hidup di Solo hingga SMA. Ia lalu berkuliah di Fakultas Sastra UI. Saat itu, UI masih berada di Salemba dan Rawamangun. Selepas kuliah, Bapak mengabdikan diri menjadi dosen hingga pensiun di tahun 1999. Bapak juga sempat menjadi Kepala Direktorat Kesenian (sekarang sudah nggak ada) di bawah Kemendikbud. Saat menjabat profesi tersebut, Bapak kerap kali memimpin grup seniman tari Indonesia untuk tampil di sejumlah negara. Sepanjang hidup saya, saya menjadi saksi bahwa Bapak sangat mencintai sastra dan seni budaya. Sayang, kecintaannya itu tak seluruhnya menurun kepada saya. Saya hanya sempat meneruskan cita-citanya untuk berkuliah di kampus yang sama dengan Bapak. Hihi, maaf, ya, Pak.

Hingga menikah, Ibu saya menghabiskan waktunya di Solo. Masa sekolah dari TK hingga kuliah ia habiskan di kota itu. Rumah Ibu saya berada di Kauman. Kauman, yang sekarang terkenal dengan kampung Batik, berada di wilayah yang strategis dengan pusat kota. Kauman diapit dua jalan protokol, yaitu Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr. Rajiman. Rumah Ibu saya terletak tepat di belakang kraton. Dekat dari Pasar Klewer, pusat perbelanjaan yang juga terkenal dengan Tengkleng Bu Edi-nya. Ibu saya pernah bercerita, katanya dulu ia kurang pergaulan. Mungkin karena penampilannya yang berkacamata tebal, berjepit rambut, dan rambut ikal panjang sepunggung menjadikannya ia sulit diajak bergaul. Kalau kata Tante saya, dulu Ibu saya itu anak rumahan, malas, manja, dan nggak jago masak. Mungkin kalau Ibu saya tidak menikah, beliau nggak akan belajar masak. Begitu kata Tante saya, hihi. 

Ada satu cerita yang nggak pernah saya lupa. Ibu saya pernah bercerita soal pengalamannya hidup di zaman G30S/PKI. Saat itu, Ibu saya masih duduk di bangku SMP. Ibu dan tante-tante saya selalu bersepeda saat pergi ke sekolah. Saat di jalan menuju rumah, ada razia PKI. Semua kendaraan di jalan, termasuk Ibu saya yang sedang bersepeda, diminta berhenti dan semua orang diminta tiarap di jalanan. Saat itu siang hari bolong. Kebayang dong panasnya. Kata Ibu saya, saat itu beliau sudah pasrah kalau ada serangan. Syukurnya, razia tak berlangsung lama dan ia bisa pulang dengan selamat.

Bapak saya pensiun ketika saya masuk SMP. Ketika orang tua teman saya yang lain masih aktif bekerja, Bapak saya lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Walau begitu, sebenarnya nggak ada yang berbeda dari sebelum Bapak pensiun. Dari kecil, kami dibiasakan hidup sederhana. Kelewat sederhana malah. Kami tidak pernah memiliki kendaraan pribadi. Tapi, Bapak memberi kami rumah untuk berteduh dari segala cuaca dan air mata. Bapak selalu memastikan kami berkecukupan walau seadanya. Bapak selalu 'ada' ketika kami merasa kecewa. Di mata saya, Bapak selalu melakukan kebiasaan baik. Bapak tidak pernah memaksa kami untuk melakukan hal yang dia mau. Dia pun nggak pernah mendorong kami berbuat sesuatu karena hal tersebut baik adanya. Bapak hanya melakukan kebiasaan baik dan kami mengikutinya. Sifat Bapak ini kebalikan dari Ibu. Di keluarga kami, Ibu sangat mendominasi. Ia manusia paling ambisius di muka Bumi (versi saya). Ia mau anaknya menurut, pintar, juara, menjaga nama baik, tidak malu-maluin, bersikap hormat dan tunduk padanya, tapi harus menerima segala kekurangan yang ada pada dirinya. Dulu, karena posisi saya sebagai anak, saya terima-terima saja sikap dan watak ibu saya ini. Ketika saya nggak bisa mengerjakan soal Matematika dan tangan saya ditusuk Ibu saking gemas, saya ya terima-terima saja. Saya takut menangis di hadapan Ibu saya, karena hanya akan membuat posisi saya semakin lemah dan sulit. Semakin saya tersiksa, Ibu akan semakin senang menghukum saya. Sesekali pernah melawan, eh makin sulit posisi saya. Jadi, saat itu, saya hanya berusaha tegar saja. Iya, I know, nggak baik.

Walau begitu, I love them unconditionally. Sayangnya, saya nggak bisa menghabiskan waktu banyak di waktu-waktu terakhir Bapak. Beliau koma hingga wafat. Sementara dengan Ibu, saya mempunyai satu tahun paling menyenangkan walau itu sangat menyiksa kondisi fisik Ibu. Satu tahun terakhir dan terdekat bersama Ibu. Satu tahun di mana saya menyadari bahwa Ibu saya selama ini menyayangi saya dengan segala kekurangan saya. Satu tahun di mana Ibu sangat-sangat bergantung kepada saya. Satu tahun di mana Ibu berusaha mengukir memori dengan anak dan cucu-cucunya. Walau saya tidak sempat memiliki waktu terakhir bersama Bapak, saya selalu bangga dengan Bapak. Begitu pun dengan Ibu. She's the strongest woman I've ever known. Kanker nggak mengalahkan, namun menguatkannya. 

Jika diberi kesempatan untuk mengulang waktu, saya nggak segan meminta Pak Amir dan Bu Kusrini menjadi kedua orang tua saya lagi.


I miss you, Pak, Bu ...

Al-Fatihah :')💙

Anda sedang membaca artikel tentang #30DaysWritingChallenge | DAY 5 dan anda bisa menemukan artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 5 ini dengan url https://pritasyalala.blogspot.com/2020/10/30dayswritingchallenge-day-5.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 5 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link #30DaysWritingChallenge | DAY 5 sumbernya.

No comments:

Post a Comment