Saturday, October 3, 2020

#30DaysWritingChallenge | DAY 3

 "A memory"

Menjalani status baru sebagai yatim piatu dalam 2 tahun terakhir, menjadikan hidup saya kini dipenuhi banyak memori atau ingatan tentang kedua orang tua saya. Jadi bingung kalau disuruh milih satu memori tentang mereka yang terlintas di kepala. 

Okay, kalau menceritakan memori tentang mendiang kedua orang tua pasti nggak akan ada habisnya, saya akan menceritakan sebuah memori lain. Memori ini juga tentang kehilangan. Kehilangan besar pertama saya di 2004, yaitu kehilangan nenek saya.

Saya lupa pernah atau tidak menceritakan di blog ini tentang nenek saya yang saya panggil Mbah Putri. Selain Bapak, Mbah Putri adalah salah satu orang yang menyayangi saya unconditionally. Mbah Putri ini adalah ibunya Ibu. Kebetulan, saya satu-satunya cucu perempuan di keluarga besar Ibu. Setiap kali kami mudik ke Solo atau Mbah Putri mengunjungi kami di Depok, saya selalu mengejar kesempatan untuk tidur bersama beliau. Setiap mau tidur, beliau selalu menceritakan tentang masa kecil Ibu dan tante-tante saya. Saya sungguh menikmatinya. Beliau tidak pernah menggertak atau memarahi saya, sekalipun saya dan cucu-cucu beliau lainnya nakal atau berbuat yang menggusarkan hatinya. Bagi saya, Mbah Putri adalah manusia paling pemaaf di seantero jagat saya. 

Suatu hari di bulan Februari tahun 2004, saya mudik saat libur sekolah. Saat itu, saya kelas 2 SMA. Saya ingat sekali Marcell baru saja mengeluarkan debut lagunya yang berjudul "Firasat'. Video klipnya selalu terputar di televisi yang berada di ruang keluarga rumah Mbah Putri. Di hari kepulangan saya ke Depok, saya selalu patah hati. Hati saya selalu tertancap di Solo--di rumah Mbah Putri. Saat berpamitan, beliau mendekap saya erat sekali. Biasanya, kami suka menghindar kalau dipeluk atau dicium-cium Mbah Putri. Seperti judul lagu Marcell, firasat 'mengajak' saya untuk memeluk balik Mbah Putri. Saat di taksi menuju stasiun, mata saya tak henti menatap jendela belakang taksi--menatap lekat-lekat ke arah beliau yang melambaikan tangan ke taksi kami, hingga lepas dari jangkauan matanya. Ingatan saya membingkai memori itu, tentang daster yang beliau pakai, tentang lambaian tangannya, tentang teduh dan sendu tatapan terakhirnya itu. 

Mbah Putri berpulang dua bulan kemudian. Ia wafat di dalam tidurnya. Kehilangan besar pertama yang membuat saya sadar kematian begitu dekat adanya. Kehilangan yang membuka mata bahwa apa pun yang bernyawa ketika sudah waktunya tiba, tidak bisa kembali. Tentang yang tidak kembali, kini menjadi memori.

Sampai sekarang, jika tak sengaja mendengar lagu "Firasat", bingkaian memori itu kembali lagi. Memori terakhir saya membingkai Mbah Putri di ingatan saya. :")

Ahaha, jadi sedih 😊😅

Terima kasih sudah menyempatkan baca. Sampai bertemu di #30DWC besok, ya! See ya💙

Anda sedang membaca artikel tentang #30DaysWritingChallenge | DAY 3 dan anda bisa menemukan artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 3 ini dengan url https://pritasyalala.blogspot.com/2020/10/30dayswriting-challenge-day-3.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel #30DaysWritingChallenge | DAY 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link #30DaysWritingChallenge | DAY 3 sumbernya.

No comments:

Post a Comment